Sirah Nabawiyah (Biografi Singkat Rasulullah SAW, Miladur Rizki)

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam (Muhammad SAW) adalah seorang pemimpin agama, sosial, politik, dan pendiri agama Islam. Menurut keyakinan umat Islam, dia adalah nabi yang diberikan wahyu ilahi untuk memberitakan dan meneguhkan prinsip monoteistis dalam ajaran Adam, Ibrahim, Musa, dan lain-lain. Muhammad lahir pada tahun 570 M di Mekkah dan meninggal pada tahun 632 M di Madinah. Dia memulai penyebaran ajaran Islam dan menegakkan ajaran tauhid untuk mengesakan Allah sebagaimana yang dibawa nabi dan rasul sebelumnya. Muhammad dikenal sebagai rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk menyebarkan agama Islam dan dinobatkan sebagai nabi yang paling mulia di antara seluruh nabi. Dia juga dikenal sebagai rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT.

Nama Lengkap Rasulullah  ialah Muhammad SAW bin Abdullah bin Abdul Muthtalib, bin Hasyim, bin Abdu Manaf, bin Qushai, bin Kilab, bin Murrah, bin Ka’ab bin, Luay bin Ghalib, bin Fihr, bin Malik, bin Nadl, bin Kinanah, bin Khuzaimah, bin Mudrikah, bin Ilyas, bin Mudlar, bin Nizar, bin Ma’ad, bin Adnan.

Rasulullah SAW dilahirkan pada hari Senin, Tahun Gajah (12 Rabiul Awal, 570 Masehi) di Kota Makkah. Diriwayatkan bahwa ada beberapa bukti pendukung kerasulan, bertepatan dengan saat kelahiran beliau, yaitu runtuhnya sepuluh balkon istana Kisra, dan padamnya api yang biasa disembah orang-orang Majusi, serta runtuhnya beberapa gereja di sekitar Buhairah setelah gereja-gereja itu ambles ke tanah. Yang demikian ini diriwayatkan Al-Baihaqi, sekalipun tidak diakui Muhammad Al-Ghazali. 
Setelah Aminah melahirkan, dia mengirim utusan ke tempat kakeknya, Abdul Muththalib, untuk menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran cucunya. Maka Abdul Muththalib datang dengan perasaan suka cita, lalu membawa beliau ke dalam Ka'bah, seraya berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Dia memilih nama Muhammad bagi beliau. Nama ini belum pernah dikenal di kalangan Arab. Beliau dikhitan pada hari ketujuh, seperti yang biasa dilakukan orang-orang Arab.
Wanita pertama yang menyusui beliau setelah ibundanya adalah Tsuwaibah, hamba sahaya Abu Lahab, yang kebetulan sedang menyusui anaknya yang bernama Masruh, yang sebelum itu wanita ini juga menyusui Hamzah bin Abdul Muththalib. Setelah itu dia menyusui Abu Salamah bin Abdul Asad Al-Makhzumi.

Rasulullah SAW mempunyai 11 Istri, di antaranya adalah :
1. Khadîjah binti Khuwailid al-Quraisyiah al-Asadiyah Radhiyallahu anha.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya sebelum diangkat menjadi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan umur Khadîjah saat itu empat puluh tahun. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menikah lagi dengan wanita lain sampai Khadîjah wafat. Semua anak Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam didapatkan dari Khdijah kecuali Ibrahim Radhiyallahu anhu. Ibrahim Radhiyallahu anhu merupakan anak yang Rasûlullâh dapatkan dari budak Beliau Mariyah Qibtiyyah. Khadîjahlah yang menemani Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam disaat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diangkat menjadi Nabi. Dia juga berjihad bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan harta dan jiwanya. Khadîjah Radhiyallahu anhuma meninggal dunia tiga tahun sebelum Hijrah Rasûlullâh ke Madinah.
2. Saudah bintu Zam’ah bin Qais al-Qurasyiah Radhiyallahu anha.
Setelah Khadîjah Radhiyallahu anha wafat, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikah dengan Saudah bintu Zam’ah bin Qais al-Quraisyah. Ketika Saudah sudah tua, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin mentalaknya, akan tetapi Saudah Radhiyallahu anha memberikan hari yang menjadi bagiannya (jatahnya bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam) kepada Aisyah Radhiyallahu anhuma , sehingga Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengurungkan niatnya untuk mentalaknya. Ini merupakan salah satu keutamaan Saudah Radhiyallahu anha. Beliau Radhiyallahu anha memberikan bagiannya kepada orang yang dikasihi oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka mendekatkan diri kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sebagai bukti cintanya Radhiyallahu anha kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta mengutamakan kedudukan Aisyah Radhiyallahu anhuma di sisi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terkadang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan bagian (dari ghanîmah) kepada para istrinya yang lain, sedangkan Saudah Radhiyallahu anha tidak, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam beri bagian, akan tetapi beliau Radhiyallahu anha ridha dengan hal itu semua. Beliau Radhiyallahu anha lebih mementingkan ridha Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allâh Azza wa Jalla meridhai Saudah Radhiyallahu anha. Beliau Radhiyallahu anha meninggal di akhir masa kekhilafahan Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu, semoga Allâh meridhai mereka berdua, dan meridhai semua sahabat.
3. Aisyah bintu Abu Bakar Radhiallahu Anhuma.
Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Aisyah binti Abu Bakr as-Shiddiq Radhiyallahu anhuma pada bulan Syawal dua tahun sebelum hijrah ke Madinah. Ada juga yang mengatakan bahwa beliau Radhiyallahu anhuma dinikahi tiga tahun sebelum hijrah, ketika itu Aisyah Radhiyallahu anhuma berumur enam tahun. Kemudian beliau Radhiyallahu anhuma digauli oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam diawal-awal kedatangan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah pada tahun pertama hijriyah, saat itu Aisyah Radhiyallahu anhuma telah berumur sembilan tahun. Sebelum Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Aisyah Radhiyallahu anhuma, Malaikat pernah menampakkan Aisyah Radhiyallahu anhuma kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpinya dengan berbalut kain sutra.
Diantara keutamaannya adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal di rumah Aisyah, pada hari yang menjadi giliran Aisyah Radhiyallahu anhuma , meninggal dipangkuan Aisyah dan dikuburkan di rumah Aisyah Radhiyallahu anhuma.
4. Hafshah binti Umar bin Khattab Radhyallahu anhuma.
Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Hafshah binti Umar bin Khattab Radhiyallahu anhuma pada tahun ke-3 Hijrah. Sebelum menikah dengan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Hafshah pernah menjadi istri Khunais bin khuzafah yang merupakan salah seorang Shahabat Rasûlullâh yang pernah ikut serta dalam perang Badar. Hafshah bin Umar al-Khatthab Radhiyallahu anhuma meninggal dunia pada tahun ke-27 atau ke-28 hijrah.
5. Zainab Binti Khuzaimah Bin Al-Harist
Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Zainab binti Khuzaimah bin al-Hârist al-Qaisiah dari Bani Hilal bin ‘Amir. Zainab Radhiyallahu anhuma meninggal dunia setelah hidup bersama Rasûlullâh selama dua bulan. Zainab Radhiyallahu anhuma dijuluki Ummul Masâkin (ibunda kaum miskin) karena beliau Radhiyallahu anhuma sering memberi makan kepada orang-orang miskin.
6. Ummu Salamah Radhiallahu Anha.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi dengan Ummu Salamah yang bernama Hindun binti Abi Umayyah bin al-Mughirah al-Quraisyah al-Makhzûumiyah. Ada yang mengatakan bahwa Ummu Salamah Radhiyallahu anha adalah istri Rasulûllâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terakhir menginggal dunia. Beliau Radhiyallahu anha meninggal dunia pada tahun 62 hijrah. Beliau Radhiyallahu anha dikuburkan di pekuburan al-Baqî’. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya pada tahun ke-4 hijrah.
Diantara keutamaan Ummu Salamah Radhiyallahu anha adalah Jibril Alaihissallam pernah datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan Ummu Salamah Radhiyallahu anha sedang ada bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga beliau Radhiyallahu anha bisa melihat malaikat Jibril Alaihissallam dalam rupa salah seorang shahabat yang Dihyah al-Kalbi.
7. Zainab Binti Jahsyi Radhiallahu Anha.
Selanjutnya, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Zainab binti Jahsyi dari Bani Asad bin Khuzaimah. Zainab Radhiyallahu anha merupakan anak dari bibi Rasûlullâh yang bernama Amimah bintu ‘Abdil Muttalib. Sebelum menikah dengan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Zainab Radhiyallahu anha menjadi istri Zaid bin Hâritsah Radhiyallahu anhu, salah seorang bekas budak Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
8. Juwairiyyah Binti Al-Harits bin Abi Dhirar Radhiallahu Anha.
Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Juwairiyyah bin al-Hârits bin Abi Dhirar al-Mustaliqiyah. Dia merupakan tawanan pada perang Bani Musthaliq dan masuk dalam bagian (ghanîmah) Tsâbit bin Qais Radhiyallahu anhu. Tsâbit bin Qais Radhiyallahu anhu membebaskannya dengan syarat dia harus membayar sejumlah uang. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melunasinya lalu menikahinya pada tahun keenam hijriah, dan beliau Radhiyallahu anhuma meninggal dunia pada tahun lima puluh enam.
Diantara keutamaan Juwairiyah Radhiyallahu anha adalah kaum Muslim membebaskan seratus budak dan tawanan yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan Juwairiyyah Radhiyallahu anha ketika mereka tahu beliau Radhiyallahu anha dinikahi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para Shahabat mengatakan bahwa para tawanan itu telah menjadi saudara-saudara ipar bagi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ini merupakan salah satu berkah Juwairiyah Radhiyallahu anha untuk kaumnya.
9. Ummu Habibah Radhiallahu Anha.
Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Ummu Habîbah Radhiyallahu anha yang bernama Ramlah bintu Abi Sufyân Shakhri bin Harbi al-Quraisyi al-Umawiyah. Ada yang mengatakan bahwa nama Ummu Habîbah Radhiyallahu anha adalah Hindun. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya saat beliau Radhiyallahu anha sedang berhijrah di negeri Habasyah. Raja Najasyi memberikan kepadanya Radhiyallahu anhuma empat ratus dinar sebagai mahar dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Kemudian beliau dibawa dari Habasyah menuju Rasûlullâh di Madinah. Ummu Habîbah Radhiyallahu anha meninggal dunia dimasa kepemimpinan saudaranya yang bernama Mu’âwiyah bin Abi Sufyân.
10. Shafiyah Binti Huyai Radhiallahu Anha.
Pada tahun ketujuh hijriyah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikah dengan Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab tetua bani Nadhir dari keturunan Hârûn bin Imrân saudara Musa Alaihissallam. Berdasarkan ini berarti dia adalah anak Nabi (Hârûn), pamannya seorang Nabi (yaitu Nabi Musa Alaihissalam), dan suaminya juga seorang Nabi (yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam). Dia Radhiyallahu anha termasuk wanita paling cantik di dunia ini. Pada awalnya dia adalah seorang budak (dari tawanan perang) kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya dengan mahar dibebaskan atau dimerdekakan dari status budak. Ini termasuk bagian dari keutamaannya Radhiyallahu anha.
11. Maimunah binti Al-Harits Al-Hilaliyah Radhiallahu Anha.
Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Maimunah bintu al-Hârist al-Hilaliyah Radhiyallahu anha. Beliau Radhiyallahu anha adalah wanita terakhir yang dinikahi Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya Radhiyallahu anha pada tahun ketujuh hijrah setelah umrah qada’, kemudian beliau Radhiyallahu anha meninggal di daerah Saraf pada tahun enampuluh tiga hijrah dimasa kekuasaan Mu’âwiyah, semoga Allâh meridhai mereka berdua dan meridhai semua Shahabat Rasûlullâh.

Rasulullah SAW dikaruniai 7 orang anak:
1. Qasim
Al Qasim adalah anak pertama Nabi Muhammad dari pernikahannya dengan Khadijah. Qasim diketahui lahir sebelum Rasulullah diangkat menjadi seorang Nabi. Sayangnya, usia Al-Qasim hanya beberapa hari.
2. Zainab Al-Kubro
Zainab tumbuh menjadi wanita dewasa yang kemudian menikah dengan Abu al-Ash bin ar-Rabi. Dari pernikahan mereka, Nabi Muhammad dikaruniai seorang cucu bernama Ali yang wafat saat remaja dan Umamah yang kelak menikah dengan Ali bin Abi Thalib.
3. Ruqayyah
Sekitar tiga tahun setelah melahirkan Zainab, Khadijah melahirkan putri kedua yang diberi nama Ruqayyah. Saat dewasa, Ruqayyah dipersunting oleh Utsman bin Affan. Mereka dianugerahi seorang anak bernama Abdullah yang kemudian wafat ketika berusia enam tahun. Abdullah wafat akibat dipatuk oleh seekor ayam jantan. Akibatnya, Abdullah menderita sakit dan akhirnya meninggal dunia. Sementara itu, menurut catatan sejarah, Ruqayyah wafat saat Perang Badar berlangsung.
4. Ummu Kaltsum
Anak keempat Rasulullah diberi nama Ummu Kultsum. Ia menikah dengan Utaibah bin Abu Lahab, tetapi bercerai. Setelah itu, Ummu Kultsum dinikahi oleh Utsman bin Affan, sepeninggalnya Ruqayyah. Pada abad ke-9 H, Ummu Kultsum meninggal dunia, tepatnya di bulan Sya’ban.
5. Fatimah Az-Zahra 
Fatimah Az Zahra adalah putri bungsu Nabi Muhammad dengan Siti Khadijah. Dalam perjalanannya, Fatimah sering menemani Nabi Muhammad berdakwah, khususnya setelah Khadijah meninggal dunia. Fatimah kemudian dikenal sebagai putri kesayangan dan “pengawal” Rasulullah yang memiliki banyak keistimewaan dan keutamaan. Salah satu keutamaan Fatimah Az- Zahra adalah ia menjadi perempuan yang dikhususkan hanya untuk beribadah kepada Allah. Fatimah Az-Zahra kemudian menikah dengan Ali bin Abi Thalib dan dianugerahi anak bernama Hasan dan Hussain bin Ali.
6. Abdullah
Abdullah adalah anak keenam Nabi Muhammad yang lahir setelah ia diangkat sebagai Rasulullah.
7. Ibrahim
Ibrahim adalah putra keempat Nabi Muhammad dari istrinya Mariah al-Qibthiyah. Mariah al-Qibthiyah adalah satu-satunya istri Nabi Muhammad yang berasal dari kaum Kristen. Mariah memutuskan masuk Islam setelah tertarik dengan Islam dan akhirnya membuka hati untuk menjadi Muslim dan beriman kepada Allah SWT. Sesampainya di Madinah, Mariah dipertemukan dengan Rasulullah. Rasulullah kemudian memutuskan untuk menikahi Mariah. Pernikahan Nabi Muhammad dan Mariah pun dianugerahi satu orang putra bernama Ibrahim.

Rasulullah SAW Wafat pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awal 11 H, dalam usia 63 tahun lebih empat hari, sang Kekasih Allah Swt kembali pada Haribaan Ilahi, seluruh dunia merasakan kepedihan dan kesedihan yang mendalam pada saat itu, Umar bin Khattab sangat tidak mempercayai saat mendengar kabar tersebut. 

Perjalanan dakwah Rasulullah SAW
Periode Awal Dakwah 
(Tahun 1-5 Kenabian). Pada periode ini, dakwah Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam dilakukan secara sembunyi-sembunyi, hanya kepada orang-orang terdekat, seperti keluarga dan sahabat karib. Beberapa orang menerima dakwah Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, di antaranya Khadijah binti Khuwailid, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ajaran yang ditekankan pada periode ini adalah tauhid (keesaan Allah Swt) dan meninggalkan praktik kealifahan (menyembah berhala). 
Lalu, Periode Dakwah Terbuka (Tahun 6-10 Kenabian). Pada periode ini, dakwah Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam dilakukan secara terang-terangan, di bukit Shafa di hadapan masyarakat Makkah. Dakwah Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam mendapat tentangan keras dari kaum Quraisy, yang merasa terancam dengan ajaran Islam yang menghapus praktik kealifahan. Kaum Quraisy melakukan berbagai cara untuk menindas umat Islam, seperti pengucilan sosial, boikot ekonomi, dan kekerasan fisik. Allah Swt memberikan pertolongan kepada Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam dan kaum Muslimin dengan berbagai cara, seperti mukjizat dan turunnya ayat-ayat Al-Quran yang memberikan kekuatan dan keteguhan iman. Peristiwa Penting, Peristiwa Isra' Mi'raj terjadi pada tahun ke-7 kenabian, di mana Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam diperjalankan dalam satu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kemudian ke Sidratul Muntaha. Lalu, Pada tahun ke-8 kenabian, sebagian Muslimin melakukan hijrah ke Habasyah untuk menghindari penindasan kaum Quraisy. Tahun ke-10 kenabian merupakan tahun duka bagi Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam karena wafatnya istri tercinta, Khadijah binti Khuwailid, dan pamannya, Abu Thalib. 
Dakwah Rasulullah di Tahun 11 Kenabian, Pada tahun ke-11 kenabian, enam orang dari Madinah (Yatsrib) datang ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan bertemu dengan Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam secara diam-diam di Aqabah Pertama. Mereka menyatakan keimanannya kepada Islam dan berjanji untuk melindungi Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam jika beliau berhijrah ke Madinah. Pada tahun yang sama, sebanyak 73 orang dari Madinah datang ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan bertemu dengan Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam di Aqabah Kedua. Mereka berjanji untuk membela Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam dan Islam jika beliau berhijrah ke Madinah. Setelah Perjanjian Aqabah Kedua, Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam mulai mempersiapkan hijrah ke Madinah. Beliau menunjuk Ali bin Abi Thalib untuk menggantikannya di Makkah dan menyampaikan amanat kepada kaum Muslimin yang belum bisa berhijrah. Pada bulan Rabiul Awal tahun 13 Hijriyah (622 M), Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq melakukan hijrah ke Madinah. Hijrah ini menandai awal berdirinya negara Islam di Madinah. 

Beberapa latar belakang peperangan yang dilakukan Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, tentunya Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam berperang karena ada pemicunya, diantaranya:

Perang Badar, yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 Hijrah (13 Maret 624 M), merupakan salah satu pertempuran penting dalam sejarah Islam. Perang ini terjadi antara kaum Muslim yang dipimpin oleh Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam dan kaum Quraisy Mekkah yang masih musyrik. faktor yang melatarbelakangi Perang Badar yaitu, Kebencian Kaum Quraisy terhadap Islam, Sejak Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam mulai menyebarkan dakwah Islam di Mekkah, kaum Quraisy merasa terancam karena Islam dianggap bertentangan dengan kepercayaan dan tradisi mereka. Kaum Quraisy melakukan berbagai cara untuk menghentikan dakwah Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, termasuk boikot ekonomi, pelecehan, dan bahkan percobaan pembunuhan. Hijrah ke Madinah, Pada tahun 622 M, Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam dan kaum Muslim terpaksa hijrah ke Madinah untuk menghindari penindasan kaum Quraisy. Di Madinah, Nabi Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam membangun komunitas Muslim yang kuat dan mandiri. Perampasan Kafilah Dagang Quraisy, Pada tahun 624 M, Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam mendapat informasi bahwa kafilah dagang Quraisy yang membawa harta kekayaan senilai 50.000 unta emas akan melewati Madinah dalam perjalanan dari Syam ke Mekkah. Nabi Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam berencana mencegat kafilah tersebut untuk mendapatkan kembali harta kekayaan Muslim yang dirampas oleh kaum Quraisy selama masa boikot. Keinginan Membalas Dendam, Kaum Quraisy merasa marah dan terhina atas rencana Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam untuk mencegat kafilah dagang mereka. Mereka mengumpulkan pasukan besar untuk menyerang Madinah dan membalas dendam atas kekalahan mereka dalam beberapa pertempuran kecil sebelumnya. Meskipun jumlah pasukan Muslim jauh lebih sedikit dibandingkan pasukan Quraisy, mereka berhasil meraih kemenangan gemilang dalam Perang Badar. Kemenangan ini memberikan beberapa keuntungan bagi kaum Muslim, antara lain: Kemenangan ini menunjukkan kepada kaum Muslim bahwa mereka mampu melawan dan mengalahkan musuh yang jauh lebih kuat, Kemenangan ini menarik perhatian banyak orang ke Islam dan mendorong mereka untuk memeluk agama ini dan Kemenangan ini membantu memperkuat stabilitas Madinah dan memungkinkan kaum Muslim untuk membangun komunitas yang lebih kuat dan mandiri. 

Perang Uhud, Faktor terjadinya perang uhud dikarenakan, Keinginan Balas Dendam Quraisy, Kekalahan memalukan Quraisy dalam Perang Badar meninggalkan luka mendalam. Abu Sufyan, salah satu pemimpin Quraisy, bersumpah untuk membalas dendam. Dia mengumpulkan pasukan yang lebih besar dan lebih kuat, termasuk suku-suku lain yang ingin menghancurkan Islam. Kecemburuan Terhadap Islam yang Semakin Berkembang, Perkembangan Islam yang pesat di Madinah, terutama setelah Perang Badar, membuat Quraisy semakin cemas. Mereka khawatir Islam akan menggeser pengaruh mereka di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Kehadiran Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam sebagai pemimpin yang kuat dan berpengaruh di Madinah juga menjadi ancaman bagi dominasi Quraisy di Jazirah Arab. Faktor Ekonomi, Blokade ekonomi yang dilakukan kaum Muslim terhadap Quraisy setelah Perang Badar membuat mereka kesulitan dalam mendapatkan pasokan kebutuhan pokok. Hal ini mendorong mereka untuk menyerang Madinah dan merebut kembali kendali atas jalur perdagangan. Quraisy berharap dengan menguasai Madinah, mereka dapat kembali menguasai ekonomi di Jazirah Arab. Faktor Politik, Quraisy ingin mengembalikan dominasi politik mereka di Jazirah Arab. Mereka melihat Islam sebagai ancaman bagi kekuasaan mereka dan ingin menyingkirkan Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam. Perang Uhud merupakan upaya Quraisy untuk merebut kembali Madinah dan menguasai kembali Jazirah Arab Contoh Konkrit yaitu, Abu Sufyan mengumpulkan pasukan sebanyak 3.000 orang, jauh lebih besar dibandingkan pasukan Muslim yang hanya sekitar 1.000 orang. Quraisy menyewa pemanah handal dari suku Juhainah untuk membantu mereka dalam pertempuran. Quraisy menawarkan hadiah besar bagi yang berhasil membunuh Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam. Kekalahan Taktis Kaum Muslim, Meskipun kalah secara taktis, kaum Muslim berhasil menyelamatkan Madinah dari kehancuran total. Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam dan para sahabatnya berhasil mundur ke sebuah gua di Gunung Uhud. Perang Uhud menjadi ujian berat bagi kaum Muslim. Mereka mengalami banyak korban jiwa, termasuk beberapa sahabat Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam yang terkemuka. Namun, mereka menunjukkan kegigihan dan keyakinan yang kuat. Perang Uhud memperkuat persatuan kaum Muslim. Mereka bersatu padu untuk mempertahankan Madinah dan Islam. Pengalaman pahit dalam Perang Uhud memicu semangat baru bagi kaum Muslim untuk meningkatkan kekuatan dan kesatuan mereka. Perang Uhud menjadi pelajaran berharga bagi kaum Muslim. Mereka belajar untuk meningkatkan strategi dan taktik peperangan di masa depan. Mereka juga belajar untuk selalu waspada terhadap serangan musuh dan tidak mudah terlena dengan kemenangan. Dampak Jangka Panjang dari Perang Uhud, menandai awal dari serangkaian peperangan antara kaum Muslim dan Quraisy. Perang ini juga memperkuat tekad kaum Muslim untuk menyebarkan Islam ke seluruh Jazirah Arab.
 
Perang Mu'tah, terjadi pada bulan Jumadil Awal 8 H atau 629 M di daerah Mu'tah, kawasan dataran rendah Balqa di Negeri Syam. Perang ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu: Rajab bin 'Amir, seorang utusan Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam yang diutus untuk mengantarkan surat dakwah kepada penguasa Ghassan di wilayah Syam, dibunuh oleh penguasa tersebut. Hal ini memicu kemarahan Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam dan umat Islam. Bizantium Romawi Timur, yang merupakan kekuatan besar pada masa itu, terus memperluas wilayahnya ke Jazirah Arab. Hal ini dikhawatirkan akan mengancam keamanan dan stabilitas Madinah, yang saat itu menjadi pusat pemerintahan Islam. Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam ingin menyebarkan Islam ke luar Jazirah Arab. Salah satu caranya adalah dengan mengirimkan pasukan untuk berdakwah dan membuka wilayah baru bagi Islam. Mendengar kabar pembunuhan utusannya, Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam segera mengumpulkan pasukan untuk menyerang Bizantium di Mu'tah. Pasukan Muslim yang berjumlah sekitar 3.000 orang dipimpin oleh tiga panglima, yaitu Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Rawahah. Pasukan Muslim berhadapan dengan pasukan Bizantium yang jauh lebih besar, diperkirakan berjumlah sekitar 100.000 orang. Pertempuran berlangsung sengit dan penuh keberanian dari pasukan Muslim. Namun, karena kalah jumlah, pasukan Muslim mengalami kesulitan. Ketiga panglima pasukan Muslim gugur dalam pertempuran. Kepemimpinan kemudian diambil alih oleh Khalid bin Walid. Dengan strategi yang cerdas dan keberaniannya, Khalid bin Walid berhasil membawa pasukan Muslim keluar dari medan perang dengan selamat. Perang Mu'tah secara teknis dimenangkan oleh Bizantium karena pasukan Muslim mundur dari medan perang. Namun, secara moral, perang ini merupakan kemenangan bagi umat Islam. Pasukan Muslim menunjukkan keberanian dan kegigihannya dalam melawan musuh yang jauh lebih besar. Perang Mu'tah juga memberikan beberapa pelajaran penting bagi umat Islam, yaitu: Pentingnya persatuan dan kesatuan dalam menghadapi musuh, Keberanian dan kegigihan dalam berjuang di jalan Allah, dan pastinya Strategi dan taktik yang tepat dalam peperangan. Perang Mu'tah menjadi titik balik penting dalam sejarah Islam. Perang ini menunjukkan bahwa umat Islam mampu melawan kekuatan besar seperti Bizantium. Hal ini membuka jalan bagi penaklukan wilayah-wilayah lain di masa depan. 

Perang Tabuk, terjadi pada Rajab tahun 9 Hijriyah (630 M) dan merupakan perang terakhir yang diikuti oleh Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam. Perang ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu: Heraklius, Kaisar Romawi, mengumpulkan pasukan besar untuk menyerang Madinah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi kaum Muslimin karena kekuatan militer Romawi jauh lebih besar dibandingkan dengan mereka. Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam ingin memperkuat persatuan umat Islam dan menunjukkan kekuatan mereka kepada dunia. Perang Tabuk merupakan kesempatan untuk menguji kekuatan umat Islam dan menunjukkan kepada dunia bahwa mereka tidak mudah diintimidasi. Perang Tabuk juga bertujuan untuk menyebarkan agama Islam ke wilayah-wilayah yang masih dikuasai oleh Romawi. Kemenangan dalam perang ini diharapkan dapat membuka jalan bagi penyebaran Islam yang lebih luas. Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam memerintahkan untuk mempersiapkan pasukan untuk berangkat ke Tabuk. Beliau sendiri memimpin langsung pasukan tersebut yang terdiri dari sekitar 30.000 orang. Perjalanan menuju Tabuk cukup sulit karena cuaca yang panas dan gersang. Banyak kaum Muslimin yang mengalami kesulitan selama perjalanan, namun mereka tetap semangat untuk berjihad. Pasukan Muslim berhasil mencapai Tabuk, namun pasukan Romawi tidak muncul untuk berperang. Heraklius membatalkan serangannya karena khawatir dengan kekuatan dan kesatuan umat Islam. Perang Tabuk dimenangkan oleh kaum Muslimin tanpa pertumpahan darah. Perang Tabuk menunjukkan kepada dunia bahwa umat Islam adalah kekuatan yang bersatu dan tidak mudah diintimidasi. Hal ini meningkatkan moral dan kepercayaan diri umat Islam, Kemenangan dalam Perang Tabuk semakin memperkuat kewibawaan Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam sebagai pemimpin umat Islam, Kemenangan dalam Perang Tabuk membuka jalan bagi penyebaran Islam ke wilayah-wilayah yang masih dikuasai oleh Romawi. 

Setelah penulis mempelajari Buku Syamail Muhammadiyah, penulis menjadi tahu tentang kebiasaan Nabi, di antaranya adalah:
- Tidur menghadap ke kanan
- Cara duduk Nabi
- Cara duduk pada saat beliau tengah makan
- Gemar memakai wewangian
- Suka makan daging kambing
- dll.

Itulah tadi biografi singkat Rasulullah SAW, semoga kita semua yang membaca, mendapatkan setidaknya sedikit pengetahuan tentang Rasulullah SAW.

Terimakasih:)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILMU ASBABUN NUZUL, ASBABUL WURUD, DAN HADITS SERTA RELEVANSINYA DENGAN TRAGEDI MANUSIA SAAT INI