ILMU ASBABUN NUZUL, ASBABUL WURUD, DAN HADITS SERTA RELEVANSINYA DENGAN TRAGEDI MANUSIA SAAT INI
oleh: Miladur Rizki
Pengertian Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul (bahasa Arab: اسباب النزول) adalah istilah yang merujuk pada sebab-sebab atau latar belakang dari turunnya ayat-ayat Al-Qur'an. Konsep ini sangat penting dalam memahami makna dan konteks ayat-ayat tersebut. Secara etimologis, "asbab" berarti alasan atau sebab, sedangkan "nuzul" berarti turun. Dengan demikian, asbabun nuzul dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang sebab-sebab diturunkannya suatu ayat.
Para ulama seperti Az-Zarqani dan Ash-Shabuni menjelaskan bahwa asbabun nuzul mencakup peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat Al-Qur'an, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi Muhammad SAW maupun kejadian yang berkaitan dengan urusan agama. Memahami asbabun nuzul membantu mufassir (penafsir Al-Qur'an) untuk memberikan tafsir yang tepat dan kontekstual terhadap ayat-ayat tersebut.
Pengertian Asbabul Wurud
Asbabul Wurud adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sebab-sebab terjadinya hadits. Istilah ini mirip dengan asbabun nuzul, tetapi fokusnya adalah pada konteks dan latar belakang dari pernyataan atau tindakan Nabi Muhammad SAW yang kemudian dicatat dalam hadits. Asbabul wurud membantu dalam memahami mengapa suatu hadits disampaikan dan situasi apa yang melatarbelakanginya.
Hadits
Hadits adalah koleksi dari ucapan, tindakan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an dalam Islam. Hadits berfungsi untuk menjelaskan dan memberikan rincian lebih lanjut mengenai ajaran-ajaran dalam Al-Qur'an. Dalam konteks asbab al-wurud, memahami latar belakang hadits sangat penting agar makna dan aplikasinya dapat dipahami dengan baik.
Kegunaan Asbabun Nuzul dan Asbabul Wurud
- Memahami Konteks: Kedua konsep ini membantu dalam memahami konteks di balik wahyu Al-Qur'an dan hadits.
- Menentukan Hukum: Mereka juga berperan dalam menentukan hukum-hukum syariah berdasarkan situasi tertentu.
- Mencegah Kesalahan Tafsir: Dengan mengetahui latar belakang, mufassir dapat mencegah kesalahan dalam penafsiran teks-teks suci.
Analisa Ayat Al-Qur'an dan Relevansi dengan Tragedi Kemenusiaan Terkini: dalam perspektif Al-Qur'an & Asbabun Nuzul.
1. Surah Al-Baqarah ayat
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَࣖ ٢١٦
Artinya: "Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu tidak menyenangkan bagimu. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui."
Asbabun Nuzul
Untuk mengubah hukum yang sudah berlaku sebelumnya, yaitu dihalalkannya ghanimah atau harta rampasan perang. Hal ini terjadi pada Perang Badar, perang pertama yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW.
Tafsir Ayat
- Kewajiban Berperang: Ayat ini menegaskan bahwa berperang adalah sebuah kewajiban bagi umat Islam, terutama ketika menghadapi penindasan atau serangan dari musuh. Menurut berbagai tafsir, termasuk Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Ibnu Katsir, perang dalam konteks ini adalah untuk mempertahankan agama dan hak-hak umat Islam. Meskipun manusia secara alami membenci peperangan karena risiko yang terlibat, Allah menekankan bahwa apa yang tampak buruk mungkin sebenarnya membawa kebaikan yang lebih besar.
- Konteks Historis: Surah Al-Baqarah diturunkan di Madinah, di mana umat Islam mulai menghadapi tantangan serius dari musuh-musuh mereka. Sebelum masa ini, di Mekah, mereka diperintahkan untuk bersabar dan tidak melawan secara fisik. Dengan turunnya ayat ini, hukum perang menjadi wajib bagi mereka yang terancam dan perlu membela diri.
- Hikmah di Balik Kewajiban: Ayat ini juga mengandung hikmah bahwa pengetahuan manusia terbatas. Seringkali, apa yang kita anggap baik atau buruk tidak sejalan dengan pengetahuan Allah. Oleh karena itu, umat Islam diajarkan untuk berserah diri kepada keputusan-Nya dan memahami bahwa ada kebaikan dalam perintah-Nya meskipun terlihat sulit.
Relevansi dengan Tragedi Kemanusiaan Terkini
Dalam konteks tragedi kemanusiaan saat ini, seperti konflik bersenjata dan penindasan yang dialami oleh berbagai kelompok di seluruh dunia, ayat ini dapat diinterpretasikan sebagai panggilan untuk bertindak demi keadilan dan perlindungan terhadap yang teraniaya. Banyak komunitas Muslim merasa terdorong untuk berpartisipasi dalam upaya kemanusiaan atau bahkan berjuang melawan penindasan berdasarkan pemahaman bahwa perjuangan tersebut adalah bagian dari kewajiban agama mereka.
Contoh Kasus
- Perjuangan Rohingya: Umat Muslim Rohingya di Myanmar menghadapi penganiayaan sistematis. Dalam konteks ini, seruan untuk membela diri dan hak-hak mereka dapat dilihat sebagai manifestasi dari ajaran dalam Surah Al-Baqarah ayat 216.
- Konflik Palestina: Situasi di Palestina juga mencerminkan kebutuhan akan perjuangan melawan penindasan. Banyak yang melihat perjuangan ini sebagai kewajiban moral dan spiritual untuk melindungi hak-hak mereka sebagai umat Islam.
2. Surah At-Taubah ayat 38
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَا لَكُمْ اِذَا قِيْلَ لَكُمُ انْفِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اثَّاقَلْتُمْ اِلَى الْاَرْضِۗ اَرَضِيْتُمْ بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا مِنَ الْاٰخِرَةِۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا قَلِيْلٌ ٣٨
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit."
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid mengenai ayat tersebut. Ia berkata, "Ayat ini diturunkan ketika mereka diperintahkan untuk melakukan perang Tabuk pasca penaklukan Mekah. Mereka diperintahkan untuk berangkat di musim panas ketika pohon-pohon kurma dipanjat, buah-buahan tumbuh subur, dan mereka menginginkan untuk berteduh, serta mereka berat hati untuk keluar. Allah pun menurunkan firman-Nya, "Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat." (Q.S. At-Taubah: 41)
Tafsir
Ayat yang lalu memerintahkan untuk memerangi kaum musyrik yang menyerang mereka di mana saja dan kapan saja, maka ayat ini menjelaskan salah satu peperangan itu, yakni perang Tabuk yang terjadi pada tahun ke-9 Hijriah. Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kalian bermalas-malasan apabila dikatakan kepada kamu, "Berangkatlah untuk berperang di jalan Allah." Dengan adanya perintah perang ini kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu karena takut menghadapi musuh dengan jumlah yang lebih besar ditambah kondisi yang sangat panas, sementara itu pohon kurma sudah mulai berbuah? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia yang sementara dan tidak kekal daripada kehidupan di akhirat yang kekal abadi? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini, sebanyak apa pun jika dibandingkan dengan kehidupan di akhirat hanyalah sedikit dan tidak berguna.
Relevansi dengan Tragedi Kemanusiaan Terkini
Dalam konteks tragedi kemanusiaan saat ini, ayat ini dapat diterapkan dalam beberapa cara:
- Perjuangan Melawan Penindasan
- Krisis Pengungsi: Banyak komunitas Muslim di seluruh dunia menghadapi penindasan dan penganiayaan, seperti pengungsi Rohingya atau warga Palestina. Seruan untuk berjihad dapat dipahami sebagai panggilan untuk memperjuangkan keadilan dan hak asasi manusia bagi mereka yang teraniaya.
- Solidaritas Global: Umat Islam diajak untuk tidak hanya memperhatikan kepentingan pribadi tetapi juga berkontribusi dalam usaha kemanusiaan global. Ini mencakup dukungan terhadap organisasi yang membantu korban perang dan penindasan.
2. Kesadaran Sosial
Ayat ini mendorong umat Islam untuk lebih peka terhadap kondisi sosial dan politik di sekitar mereka. Ketidakpedulian terhadap penderitaan orang lain dapat dianggap sebagai bentuk kelemahan iman. Dengan demikian, keterlibatan dalam isu-isu kemanusiaan menjadi bagian dari tanggung jawab moral dan spiritual.
3. Refleksi Pribadi
Umat Islam diajak untuk merenungkan prioritas hidup mereka. Apakah mereka lebih memilih kenyamanan duniawi atau terlibat dalam perjuangan demi kebaikan bersama? Ini adalah tantangan bagi setiap individu untuk menilai komitmen mereka terhadap nilai-nilai keimanan.
3. Surah Al-Hujurat ayat 10
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَࣖ ١٠
Artinya: "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."
Asbabun Nuzul
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Mu'tamir berkata, aku mendengar bapakku bahwa Anas radliallahu 'anhu berkata: "Dikatakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam "Sebaiknya Baginda menemui 'Abdullah bin Ubay." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menemuinya dengan menunggang keledai sedangkan Kaum Muslimin berangkat bersama Beliau dengan berjalan kaki melintasi tanah yang tandus. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menemuinya, ia berkata: "Menjauhlah dariku, demi Allah, bau keledaimu menggangguku". Maka berkatalah seseorang dari kaum Anshar diantara mereka: "Demi Allah, sungguh keledai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih baik daripada kamu". Maka seseorang dari kaumnya marah demi membela 'Abdullah bin Ubay dan ia mencelanya sehingga marahlah setiap orang dari masing-masing kelompok. Saat itu kedua kelompok saling memukul dengan pelepah kurma, tangan, dan sandal. Kemudian sampai kepada kami bahwa telah turun ayat QS. Al Hujurat: 10 yang artinya ("jika dua kelompok dari kaum muslimin berperang maka damaikanlah keduanya").
Tafsir
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, sebab mereka itu satu dalam keimanan, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang sedang beselisih atau bertikai satu sama lain dan bertakwalah kepada Allah dengan melaksanakan perintahnya antara lain mendamaikan kedua golongan yang saling bermusuhan itu agar kamu mendapat rahmat persudaraan dan persatuan.
Relevansi pada Masa Terkini
Relevansi surah ini pada sekarang mencakup beberapa hal, antara lain:
- Menghadapi Konflik Sosial: Dalam konteks masyarakat modern yang sering kali mengalami konflik sosial dan politik, ayat ini sangat relevan. Banyak komunitas Muslim di seluruh dunia menghadapi tantangan dalam menjaga persatuan di tengah perbedaan pendapat dan kepentingan. Pesan untuk mendamaikan dan menjaga ukhuwah menjadi penting agar konflik tidak berlanjut menjadi kekerasan.
- Perdamaian Global: Di era globalisasi, di mana informasi dan komunikasi sangat cepat, penting bagi umat Islam untuk menunjukkan contoh positif dalam menyelesaikan konflik. Ayat ini menyerukan tindakan nyata dalam mendamaikan pihak-pihak yang berselisih, baik dalam skala lokal maupun internasional. Ini mencakup upaya untuk menyelesaikan ketegangan antar negara yang melibatkan komunitas Muslim.
- Pentingnya Ketakwaan: Ketakwaan yang ditekankan dalam ayat ini juga relevan dalam konteks moralitas global saat ini. Dalam menghadapi berbagai tantangan, seperti ketidakadilan sosial dan penindasan, umat Islam diajak untuk bertindak dengan prinsip ketakwaan, yang mencakup keadilan, empati, dan solidaritas terhadap sesama.
- Pendidikan dan Kesadaran Sosial: Pendidikan tentang nilai-nilai persaudaraan dan perdamaian harus ditanamkan sejak dini di kalangan generasi muda. Dengan memahami ajaran Al-Qur'an tentang persaudaraan ini, mereka diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat.
4. Surah Al-Maidah ayat 51
۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰٓى اَوْلِيَاۤءَۘ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ٥١
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
Asbabun Nuzul
Terdapat dua riwayat secara umum mengenai asbabunnuzul Surah Al-Maidah ayat 51.
Pertama, asbabunnuzul Surah Al-Maidah ayat 51 ditujukan supaya masyarakat Madinah tidak terikat persekutuan dengan beberapa pihak. Masyarakat Madinah sebelum maupun setelah hijrah memiliki kebiasaan menjalin hubungan persekutuan dengan beberapa pihak untuk saling membantu apabila salah satu pihak diserang kelompok lain di luar perjanjian. Dalam konteks lebih khusus, Ubadah bin as-Samit, seorang tokoh muslim dari Bani ‘Auf bin Khazraj dan Abdullah bin Ubay bin Salul, tokoh munafik dari Madinah terikat perjanjian saling membantu dengan Kaum Yahudi Bani Qainuqa apabila diserang. Suatu ketika, Bani Qainuqa menjalankan pemberontakan kepada Rasulullah Saw. Abdullah bin Ubay mendukung dan melibatkan diri dalam pemberontakan tersebut. Namun, Ubadah bin as-Samit justru berpihak kepada Rasulullah SAW. Ubadah bin as-Samit berada di pihak kaum muslimin dan menyatakan,
“Aku berpihak kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukmin. Aku menyatakan tidak lagi mendukung dan terikat perjanjian dengan orang-orang kafir itu”.
Dari sinilah kemudian Surah Al-Maidah ayat 51 diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kedua, seperti dikutip situs NU, Ismail bin Abdurrahman As-Sudi, seorang ulama asal Hijazi menjelaskan bahwa asbabunnuzul Surah Al-Maidah ayat 51 adalah ketika terjadinya serangan kuat kepada suatu kelompok pada perang Uhud. Pada waktu itu, kelompok tersebut takut apabila kafir menyiksa mereka, sehingga seorang muslim dari mereka berkata: “Saya bergabung dengan orang Yahudi dan menjadikan mereka sebagai tempat berlindung, karena saya khawatir orang-orang Yahudi menyiksa saya”. Tidak hanya itu, seorang muslim lain dari kelompok tersebut juga berkata berikut, “Saya bergabung dengan orang Nasrani dari Syam dan menjadikannya pelindung.” Hal inilah yang menjadi sebab turunnya Surah Al-Maidah ayat 51.
Tafsir
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kamu semua, janganlah sekali-kali kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setiamu karena akibat negatifnya lebih banyak ketimbang positifnya. Selain itu, mereka satu sama lain saling melindungi karena adanya persamaan kepentingan di antara mereka. Oleh karena itu, barang siapa di antara kamu yang tetap saja memilih dan menjadikan mereka sebagai teman setia dengan mengabaikan umat Islam, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka yang sering kali mengabaikan ajaran-ajaran Allah. Sungguh, karena keingkaran mereka, Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang ingkar dan zalim karena selalu mengabaikan tuntunan-Nya.
Relevansinya dengan Masa Kini
Relevansi surah Al-Maidah ayat 51 terdapat beberapa poin, di antaranya ialah:
- Politik dan Kepemimpinan: Dalam konteks politik saat ini, banyak negara dengan populasi Muslim yang menghadapi tantangan dalam memilih pemimpin. Ayat ini dapat diinterpretasikan sebagai pengingat untuk berhati-hati dalam memilih pemimpin yang mungkin tidak memiliki kepentingan atau komitmen terhadap nilai-nilai Islam. Dalam beberapa kasus, pemimpin non-Muslim mungkin tidak memahami atau menghargai kebutuhan komunitas Muslim.
- Hubungan Antaragama: Di tengah meningkatnya ketegangan antaragama di beberapa bagian dunia, ayat ini juga dapat dilihat sebagai panggilan untuk menjaga identitas keislaman sambil tetap berinteraksi dengan baik dengan komunitas non-Muslim. Umat Islam diajak untuk bersikap bijak dalam menjalin hubungan tanpa mengorbankan prinsip-prinsip agama.
- Solidaritas Umat Islam: Situasi global saat ini, di mana banyak komunitas Muslim mengalami penindasan atau diskriminasi, menekankan pentingnya solidaritas di antara umat Islam. Ayat ini mengingatkan bahwa persatuan dan saling mendukung di antara sesama Muslim adalah kunci untuk menghadapi tantangan tersebut.
- Kesadaran Sosial: Umat Islam perlu meningkatkan kesadaran sosial tentang dampak dari keputusan politik dan sosial mereka. Mengambil sikap aktif dalam memperjuangkan hak-hak umat Islam di negara-negara mayoritas non-Muslim menjadi penting, tanpa kehilangan identitas dan nilai-nilai keislaman.
Komentar
Posting Komentar